Buah-buahan yang
paling banyak dikonsumsi masyarakat indonesia adalah pisang, pepaya,
nanas, semangka/melon, jeruk siam dan salak. Buah-buahan tersebut tidak
mengenal musim. Beda dengan mangga, rambutan, durian, duku dan nangka
yang berbuahnya musiman. Jambu air, belimbing, anggur dan apel malang,
meskipun berbuah tanpa musim namun volume produksinya masih sangat
terbatas. Jambu air dan belimbing tidak pernah bisa hadir secara kontinu
dalam volume yang sesuai dengan permintaan pasar. Buah-buahan yang
paling banyak dikonsumsi masyarakat tersebut, yang tidak pernah
kekurangan pasokan hanyalah nanas dan salak. Sementara pisang, terutama
kualitas A, pepaya dan semangka serta melon, selalu kekurangan pasokan.
Karenanya, budidaya pisang, pepaya dan semangka serta melon, masih
sangat longgar pangsa pasarnya.
Mengapa pasar buah selalu kekurangan pisang, pepaya, semangka dan melon? Karena buah-buahan ini diperlukan secara massal oleh asrama, hotel, restoran dan tempat-tempat pertemuan umum. Kalau ada orang hajatan di kampung maupun di tempat-tempat elite, buahnya pasti pepaya, semangka dan nanas. Paling banter pisang, jeruk siam dan salak. Tidak pernah dalam pesta hajatan atau rapat kerja itu disajikan durian, jambu air atau belimbing. Untuk kebutuhan massal tersebut, memang diperlukan buah yang kualitasnya standar, namun harganya terjangkau. Pepaya, semangka, nanas dan pisang, rasanya pasti standar. Demikian pula halnya dengan salak pondoh atau salak bali dan jeruk siam. Kualitas jeruk siam kita, selama 20 tahun terakhir ini memang sudah bisa memenuhi kebutuhan massal tersebut.
Meskipun jenis pepaya sangat banyak, namun yang sekarang dibudidayakan petani hanyalah varietas bangkok. Varietas cibinong dan hawaii hanya dibudidayakan secara terbatas. Yang disebut varietas bangkok adalah pepaya dengan bentuk buntek Bagian tengah agak membesar dengan ujung meruncing, dengan lekukan dan tonjolan yang tajam pada bagian tengah buah.. Ukuran varietas ini sangat besar. Diameter buah bisa mencapai 20 cm. sementara panjangnya 30 cm. Kulit buahnya kasar berwarna hijau tua, dengan warna merah pada tonjolan di bagian tengah dan ujung buah. Daging buahnya tebal dengan warna jingga kemerahan. Rasa daging buah manis dan segar dengan tekstur agak kasar. Aroma buah kurang. Varietas ini disebut bangkok sebab para petani mula-mula mengembangkannya dari benih sase yang berasal dari Thailand. Sekarang para petani sudah bisa membenihkannya sendiri hingga benih sase hampir tidak pernah digunakan petani lagi. Para petani menyenangi pepaya varietas bangkok karena produktivitas buahnya sngat tinggi. Dalam kondisi optimal, tiap tanaman bisa berproduksi 40 sd. 60 kg. per tahun.
Varietas cibinong berbentuk memanjang. Diameter buah hanya sekitar 10 cm. dengan panjang 25 cm. Kulit buahnya halus berwarna hijau terang ketika mentah dan kuning cerah setelah masak. Daging buah pepaya cibinong tebal, rongga bijinya sangat sempit. Warna daging buahnya kuning, dengan rasa manis. Tekstur daging buah lembut dengan aroma sedang. Produktivitas pepaya cibinong tidak setinggi varietas bangkok. Yang juga banyak dibudidayakan masyarakat adalah varietas hawaii. Pepaya ini berbetuk bulat dengan ukuran buah sangat kecil. Diameter dan panjang buah hanya sekitar 10 cm. Kulit buah hijau tua dan kuning cerah ketika masak. Daging buah juga berwarna kuning dengan rasa manis dan aroma sangat harum. Sebenarnya pepaya "liar" yang ada di lahan penduduk, juga ada yang mirip dengan pepaya hawaii, bahkan banyak di antaranya yang lebih unggul. Namun sampai sekarang belum pernah ada upaya untuk menyeleksi dan mengembangkannya secara serius.
Sentra utama pepaya varietas bangkok adalah Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Jatim. Kawasan ini merupakan penghasil pepaya utama untuk memasok Surabaya dan Jakarta. Selain itu, pepaya varietas bangkok juga banyak dibudidayakan di Kecamatan Jatinom, Kabupaten Boyolali, Jateng. Pepaya cibinong, terutama banyak dibudidayakan di kawasan Jabotabek, termasuk Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Namun di kawasan ini pun sekarang sudah banyak yang membudidayakan pepaya varietas bangkok, karena dianggap lebih menguntungkan. Pepaya hawaai selama ini hanya populer dibudidayakan di Kaltim, terutama di sekitar kota Samarinda dan Balikpapan. Barangkali keberadaan perusahaan minyak, gas alam, pupuk, batubara, emas dan perkayuan (HPH), yang banyak mempekerjakan orang asing, telah menciptakan pasar tersendiri bagi pepaya hawaii. Sebab orang bule, lebih menyukai pepaya kecil yang sekali makan langsung habis, tanpa perlu dipotong-potong.
Selain karena faktor pasar, faktor agroklimat pun juga sangat berpengaruh terhadap berkembangnya sentra pepaya. Varietas bangkok, memang menghendaki udara yang relatif sejuk dan iklim yang agak kering. Jatinom dan Dampit berketinggian sekitar 500 sd. 600 m. dpl. Dari dua lokasi tadi, kualitas pepaya dari Dampit lebih baik dibanding dengan pepaya dari Jatinom. Sebab tingkat kelembapan udara di Dampit lebih rendah dari di Jatinom. Cuaca yang relatif lebih kering ini ikut pula menentukan kualitas daging buah, terutama tekstur dan tingkat kemanisannya. Daging buah pepaya yang baik, harus tetap keras (tidak lembek) meskipun sudah masak sempurna. Semakin ke arah timur, sebenarnya kualitas daging buah pepaya yang dihasilkan akan semakin baik. Namun kawasan yang panas dan kering tadi harus memiliki air dalam jumlah cukup. Sebab pepaya memerlukan pengairan yang banyak, terutama pada saat menjelang berbuah sampai buah menjelang tua.
Di Cibinong, Jatinom dan Dampit, pepaya ditanam di lahan sawah. Kalau ditanam di lahan kering (tegalan), lahan tersebut harus bisa dialiri air irigasi. Di Cibinong, Jatinom dan Dampit, banyak lahan demikian. Lahan sawah yang ditanami pepaya, biasanya dimaksudkan sebagai rotasi dari tanaman padi. Setelah ditanami pepaya selama satu periode (tiga tahun), kalau lahan tersebut kembali ditanami padi akan sangat subur dengan hasil yang meningkat. Selain dengan pepaya, para petani akan merotasi lahan sawahnya dengan jagung, sayuran dan khusus di Jatinom, banyak petani yang merotasinya dengan tembakau. Meskipun ditanam dengan jarak tanam rapat (2 X 3 m), di bawah tegakan pepaya para petani masih bisa membudidayakan cabai, terutama cabai rawit dan kacang tanah. Dengan cara ini, produktivitas lahan bisa dioptimalkan, tanpa mengganggu tanaman pokoknya.
Meskipun bisa ditanam setiap saat sepanjang tahun, umumnya para petani mulai menyemai pepaya pada bulan-bulan Januari dan Februari. Penanaman di lahan, dilakukan pada bulan-bulan Maret dan April. Tujuannya agar ketika tanaman sangat rentan terhadap penyakit akibat bakteri pseudomonas, cuaca sudah tidak terlalu basah. Sebab pada bulan-bulan Mei dan Juni, kawasan di Jawa sudah akan memasuki musim kemarau. Kalau penyemaian dilakukan pada awal musim hujan (Oktober dan November), maka penanaman harus dilakukan pada bulan Desember dan Januari, pas ketika curah hujan sedang mencapai puncaknya. Pepaya yang ditanam pada bulan-bulan ini, akan sangat rentan terhadap penyakit pseudomonas. Namun penamanan pada awal musim kemarau, menuntut adanya sarana pengairan yang baik. Cibinong, Jatinom, Dampit adalah kawasan yang air irigasinya melimpah.
Pepaya yang tumbuh selama musim kemarau ini, akan langsung berbunga pada awal musim penghujan. Hingga pada awal musim kemarau tahun berikutnya (tahun II), panen perdana sudah bisa dimulai. Kalau tanaman diairi secara intensif selama musim kemarau berikutnya, maka stagnasi produksi tidak akan terjadi. Beda dengan tanaman yang tidak diairi, yang akan mengalami stagnasi produksi bahkan juga pertumbuhan vegetatif selama musim kemarau berlangsung. Tanaman yang diberi pengairan intensif ini akan mencapai puncak produksinya pada tahun III dan pada tahun IV produksinya sudah menurun. Para petani pepaya yang serius, akan mulai menanam benih baru pada tahun IV ini, hingga pada tahun V ketika tanaman pertama dibongkar, tanaman kedua sudah mulai berbuah. Dengan pola penanaman demikian, produksi akan berlangsung terus tanpa terhenti.
Sepintas, budidaya pepaya tampak sangat sederhana. Namun sampai sekarang sentra penanaman pepaya tidak mengalami pertumbuhan yang berarti. Kendala utama budidaya pepaya adalah karena harganya yang dianggap terlalu rendah bagi petani maupun investor. Mereka menganggap bahwa komoditas yang harganya rendah, akan memberikan keuntungan yang rendah pula. Padahal, margin dari bertanam pepaya masih relatif bagus. Dengan modal Rp 10.000.000,- per hektar, maka keuntungan bersih yang diperoleh petani antara Rp 5.000.000,- (50%), sampai dengan Rp 10.000.000,- per tahun (100%).
Masyarakat awam (bukan petani) biasanya lebih tertarik untuk mencoba budidaya tembakau, jahe, paprika dan komoditas-komoditas lain yang harganya tinggi. Padahal, komoditas dengan harga tinggi, belum tentu marjinnya juga tinggi. Misalnya paprika yang memerlukan biaya tanam sangat tinggi. Komoditas yang keuntungannya bisa mencapai 200 sd. 400 %, misalnya tembakau, resikonya juga akan sangat tinggi. Pepaya adalah komoditas dengan harga rendah dan keuntungan wajar, namun keamanannya relatif terjamin.
Mengapa pasar buah selalu kekurangan pisang, pepaya, semangka dan melon? Karena buah-buahan ini diperlukan secara massal oleh asrama, hotel, restoran dan tempat-tempat pertemuan umum. Kalau ada orang hajatan di kampung maupun di tempat-tempat elite, buahnya pasti pepaya, semangka dan nanas. Paling banter pisang, jeruk siam dan salak. Tidak pernah dalam pesta hajatan atau rapat kerja itu disajikan durian, jambu air atau belimbing. Untuk kebutuhan massal tersebut, memang diperlukan buah yang kualitasnya standar, namun harganya terjangkau. Pepaya, semangka, nanas dan pisang, rasanya pasti standar. Demikian pula halnya dengan salak pondoh atau salak bali dan jeruk siam. Kualitas jeruk siam kita, selama 20 tahun terakhir ini memang sudah bisa memenuhi kebutuhan massal tersebut.
Meskipun jenis pepaya sangat banyak, namun yang sekarang dibudidayakan petani hanyalah varietas bangkok. Varietas cibinong dan hawaii hanya dibudidayakan secara terbatas. Yang disebut varietas bangkok adalah pepaya dengan bentuk buntek Bagian tengah agak membesar dengan ujung meruncing, dengan lekukan dan tonjolan yang tajam pada bagian tengah buah.. Ukuran varietas ini sangat besar. Diameter buah bisa mencapai 20 cm. sementara panjangnya 30 cm. Kulit buahnya kasar berwarna hijau tua, dengan warna merah pada tonjolan di bagian tengah dan ujung buah. Daging buahnya tebal dengan warna jingga kemerahan. Rasa daging buah manis dan segar dengan tekstur agak kasar. Aroma buah kurang. Varietas ini disebut bangkok sebab para petani mula-mula mengembangkannya dari benih sase yang berasal dari Thailand. Sekarang para petani sudah bisa membenihkannya sendiri hingga benih sase hampir tidak pernah digunakan petani lagi. Para petani menyenangi pepaya varietas bangkok karena produktivitas buahnya sngat tinggi. Dalam kondisi optimal, tiap tanaman bisa berproduksi 40 sd. 60 kg. per tahun.
Varietas cibinong berbentuk memanjang. Diameter buah hanya sekitar 10 cm. dengan panjang 25 cm. Kulit buahnya halus berwarna hijau terang ketika mentah dan kuning cerah setelah masak. Daging buah pepaya cibinong tebal, rongga bijinya sangat sempit. Warna daging buahnya kuning, dengan rasa manis. Tekstur daging buah lembut dengan aroma sedang. Produktivitas pepaya cibinong tidak setinggi varietas bangkok. Yang juga banyak dibudidayakan masyarakat adalah varietas hawaii. Pepaya ini berbetuk bulat dengan ukuran buah sangat kecil. Diameter dan panjang buah hanya sekitar 10 cm. Kulit buah hijau tua dan kuning cerah ketika masak. Daging buah juga berwarna kuning dengan rasa manis dan aroma sangat harum. Sebenarnya pepaya "liar" yang ada di lahan penduduk, juga ada yang mirip dengan pepaya hawaii, bahkan banyak di antaranya yang lebih unggul. Namun sampai sekarang belum pernah ada upaya untuk menyeleksi dan mengembangkannya secara serius.
Sentra utama pepaya varietas bangkok adalah Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Jatim. Kawasan ini merupakan penghasil pepaya utama untuk memasok Surabaya dan Jakarta. Selain itu, pepaya varietas bangkok juga banyak dibudidayakan di Kecamatan Jatinom, Kabupaten Boyolali, Jateng. Pepaya cibinong, terutama banyak dibudidayakan di kawasan Jabotabek, termasuk Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Namun di kawasan ini pun sekarang sudah banyak yang membudidayakan pepaya varietas bangkok, karena dianggap lebih menguntungkan. Pepaya hawaai selama ini hanya populer dibudidayakan di Kaltim, terutama di sekitar kota Samarinda dan Balikpapan. Barangkali keberadaan perusahaan minyak, gas alam, pupuk, batubara, emas dan perkayuan (HPH), yang banyak mempekerjakan orang asing, telah menciptakan pasar tersendiri bagi pepaya hawaii. Sebab orang bule, lebih menyukai pepaya kecil yang sekali makan langsung habis, tanpa perlu dipotong-potong.
Selain karena faktor pasar, faktor agroklimat pun juga sangat berpengaruh terhadap berkembangnya sentra pepaya. Varietas bangkok, memang menghendaki udara yang relatif sejuk dan iklim yang agak kering. Jatinom dan Dampit berketinggian sekitar 500 sd. 600 m. dpl. Dari dua lokasi tadi, kualitas pepaya dari Dampit lebih baik dibanding dengan pepaya dari Jatinom. Sebab tingkat kelembapan udara di Dampit lebih rendah dari di Jatinom. Cuaca yang relatif lebih kering ini ikut pula menentukan kualitas daging buah, terutama tekstur dan tingkat kemanisannya. Daging buah pepaya yang baik, harus tetap keras (tidak lembek) meskipun sudah masak sempurna. Semakin ke arah timur, sebenarnya kualitas daging buah pepaya yang dihasilkan akan semakin baik. Namun kawasan yang panas dan kering tadi harus memiliki air dalam jumlah cukup. Sebab pepaya memerlukan pengairan yang banyak, terutama pada saat menjelang berbuah sampai buah menjelang tua.
Di Cibinong, Jatinom dan Dampit, pepaya ditanam di lahan sawah. Kalau ditanam di lahan kering (tegalan), lahan tersebut harus bisa dialiri air irigasi. Di Cibinong, Jatinom dan Dampit, banyak lahan demikian. Lahan sawah yang ditanami pepaya, biasanya dimaksudkan sebagai rotasi dari tanaman padi. Setelah ditanami pepaya selama satu periode (tiga tahun), kalau lahan tersebut kembali ditanami padi akan sangat subur dengan hasil yang meningkat. Selain dengan pepaya, para petani akan merotasi lahan sawahnya dengan jagung, sayuran dan khusus di Jatinom, banyak petani yang merotasinya dengan tembakau. Meskipun ditanam dengan jarak tanam rapat (2 X 3 m), di bawah tegakan pepaya para petani masih bisa membudidayakan cabai, terutama cabai rawit dan kacang tanah. Dengan cara ini, produktivitas lahan bisa dioptimalkan, tanpa mengganggu tanaman pokoknya.
Meskipun bisa ditanam setiap saat sepanjang tahun, umumnya para petani mulai menyemai pepaya pada bulan-bulan Januari dan Februari. Penanaman di lahan, dilakukan pada bulan-bulan Maret dan April. Tujuannya agar ketika tanaman sangat rentan terhadap penyakit akibat bakteri pseudomonas, cuaca sudah tidak terlalu basah. Sebab pada bulan-bulan Mei dan Juni, kawasan di Jawa sudah akan memasuki musim kemarau. Kalau penyemaian dilakukan pada awal musim hujan (Oktober dan November), maka penanaman harus dilakukan pada bulan Desember dan Januari, pas ketika curah hujan sedang mencapai puncaknya. Pepaya yang ditanam pada bulan-bulan ini, akan sangat rentan terhadap penyakit pseudomonas. Namun penamanan pada awal musim kemarau, menuntut adanya sarana pengairan yang baik. Cibinong, Jatinom, Dampit adalah kawasan yang air irigasinya melimpah.
Pepaya yang tumbuh selama musim kemarau ini, akan langsung berbunga pada awal musim penghujan. Hingga pada awal musim kemarau tahun berikutnya (tahun II), panen perdana sudah bisa dimulai. Kalau tanaman diairi secara intensif selama musim kemarau berikutnya, maka stagnasi produksi tidak akan terjadi. Beda dengan tanaman yang tidak diairi, yang akan mengalami stagnasi produksi bahkan juga pertumbuhan vegetatif selama musim kemarau berlangsung. Tanaman yang diberi pengairan intensif ini akan mencapai puncak produksinya pada tahun III dan pada tahun IV produksinya sudah menurun. Para petani pepaya yang serius, akan mulai menanam benih baru pada tahun IV ini, hingga pada tahun V ketika tanaman pertama dibongkar, tanaman kedua sudah mulai berbuah. Dengan pola penanaman demikian, produksi akan berlangsung terus tanpa terhenti.
Sepintas, budidaya pepaya tampak sangat sederhana. Namun sampai sekarang sentra penanaman pepaya tidak mengalami pertumbuhan yang berarti. Kendala utama budidaya pepaya adalah karena harganya yang dianggap terlalu rendah bagi petani maupun investor. Mereka menganggap bahwa komoditas yang harganya rendah, akan memberikan keuntungan yang rendah pula. Padahal, margin dari bertanam pepaya masih relatif bagus. Dengan modal Rp 10.000.000,- per hektar, maka keuntungan bersih yang diperoleh petani antara Rp 5.000.000,- (50%), sampai dengan Rp 10.000.000,- per tahun (100%).
Masyarakat awam (bukan petani) biasanya lebih tertarik untuk mencoba budidaya tembakau, jahe, paprika dan komoditas-komoditas lain yang harganya tinggi. Padahal, komoditas dengan harga tinggi, belum tentu marjinnya juga tinggi. Misalnya paprika yang memerlukan biaya tanam sangat tinggi. Komoditas yang keuntungannya bisa mencapai 200 sd. 400 %, misalnya tembakau, resikonya juga akan sangat tinggi. Pepaya adalah komoditas dengan harga rendah dan keuntungan wajar, namun keamanannya relatif terjamin.