Selasa, November 1

Teknik Budidaya Singkong

1 komentar

Provided by JavaCassava Plantation - Indonesia

Teknik Budidaya Singkong


  Sig Varietas








atau
Download:http://cassavaindonesia.webs.com/SOP%20Singkong/SOP%20SINGKONG%20DHF&%20DAN%20MEARMANIK%20C2a%20Standar.doc
Dengan semakin meningkatnya permintaan dan kebutuhan akan produk berbasis singkong maka permintaan dan kebutuhan akan bibit juga semakin meningkat, hal ini menyebabkan berbagai Institusi Penelitian dan Pengembangan dalam bidang Agrikultur terus menerima permintaan baik dalam bentuk bibit maupun sekedar referensi dan makalah penelitian.
Saat ini tersedia 10 varietas ubi kayu di pasaran. Kesepuluh varietas tersebut dikelompokkan menjadi dua, yakni kelompok varietas ubi kayu untuk pangan dan untuk industri.
Varietas untuk pangan adalah
  • N1 Mekarmanik
  • Adira 1
  • Malang 1
  • Malang 2
  • Darul Hidayah.
Sedangkan untuk ubi industri adalah
  • N1 Mekarmanik
  • Adira 2
  • Adira 4
  • Malang 4
  • Malang 6
  • UJ 5
  • dan UJ 3.
*Singkong Mukibat tidak dimasukkan ke dalam varian tersendiri karena Singkong Mukibat sebenarnya hanyalah Singkong biasa dan Singkong Karet yang disambung menggunakan teknik okulasi.

Varietas untuk pangan mempunyai tekstur umbi yang pulen dengan kadar HCN < 50 miligram per kilogram dan mempunyai rasa tidak pahit. Sedangkan ubi jalar untuk industri mempunyai kadar patin atau kadar bahan kering sekitar 0,6 gram per kilogram.
BIBIT TERBAIK SAAT INI

Pengembangan singkong Ngawi N1 dan C2 Mekarmanik adalah merupakan jawaban dari persoalan dan rendahnya produktivitas dimana untuk jenis singkong konvensional biasanya hanya menghasilkan 40 – 50 ton singkong segar per hektar, bahkan terkadang hanya mencapai 20 – 25 ton /ha lahan tanam. Sedangkan singkong  Ngawi N1 dan C2 Mekarmanik setelah melalui berbagai uji tanam atau diketahui dapat menghasilkan singkong segar sebesar 100 – 150 ton/ha lahan tanam.
Dengan menanam singkong Varietas unggul dapat meningkatkan efisiensi :
  • Lahan
  • Bibit
  • Pupuk
  • Biaya garapan
  • Penyiangan rumput
  • Biaya panen
  • Biaya angkut
  • Biaya Operasional lain
TEKNIS DAN JENIS PEMUPUKAN
Produksi singkong di Indonesia dapat meningkat dengan menambahkan bahan organik ke dalam tanah. Bahan organik (kompos) yang ditambahkan ke dalam tanah berfungsi sebagai sumber unsur hara dan memperbaiki sifat fisik, kimia, serta biologi tanah.
Organisme tanah memanfaatkan bahan organik itu sebagai sumber energi. Lalu melalui asam humiknya, organisme ini dapat mempertahankan struktur tanah, sehingga sifat fisik tanah seperti infiltrasi dan drainase baik untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu asam humik juga memegang peranan penting dalam menonaktifkan senyawa racun seperti Aluminium.
Singkong merupakan tanaman yang menurut hasil penelitian Kanapathy (1974) menunjukkan bahwa unsur hara yang keluar dari siklusnya di tanah sebagai akibat dari proses pemanenan pada tanaman singkong, lebih tinggi dibandingkan tanaman lahan kering lainnya seperti kelapa sawit, karet, dan jagung. Sehingga jika bagian tanaman lainnya selain umbi dikembalikan lagi ke tanah, maka unsur hara yang hilang sebenarnya jauh lebih kecil daripada tanaman seperti padi dan jagung. Apabila ampas dari proses pembuatan tepung juga dikembalikan, maka unsur hara yang hilang akibat proses produksi singkong ini sangat kecil.
Kurangnya pemberian bahan organik, dan tidak dikembalikannya sisa-sisa tanaman juga menyebabkan menurunnya aktivitas organisme tanah, dan menurunkan kemantapan struktur tanah sehingga tanah menjadi padat. Sebagai akibatnya, akar tanaman menjadi kurang berkembang. Terlebih lagi Al-dd menjadi sangat beracun dan menurunkan produktivitas.
Data dan Fakta diatas menunjukkan bahwa skema pemupukan yang disarankan adalah dengan menggunakan pupuk organik seperti kompos maupun kotoran hewan dan daun – daunan. Dengan perawatan tanaman sekaligus lahan dengan teknik organik diharapkan produktivitas tanaman akan tinggi karena kebutuhan nutrisi tanah terpenuhi sekaligus menjaga matinya tanah yang disebabkan oleh ‘terkikis’nya unsur hara oleh tanaman tersebut.
BERKEBUN SINGKONG SEBAGAI MATA PENCAHARIAN
Bahwa bertani singkong menguntungkan, banyak dialami petani di beberapa daerah di Jawa Barat, mulai dari Kabupaten Purwakarta, Subang, Sumedang, Tasik, Ciamis, Garut, sampai Sukabumi dan Cianjur. Mereka secara khusus menanam singkong sebagai mata pencaharian pada lahan budidaya khusus dengan luas antara 1-4 ha. Lahan umumnya terletak di lereng pegunungan berbatasan dengan lahan Kehutanan / Perhutani.
Bahkan seiring dengan meningkatnya harga secara stabil yang disebabkan oleh tingginya permintaan produk, terutama dalam bentuk gaplek, tepung gaplek dan tepung tapioka, menyebabkan semakin banyak petani berdasi yang saat ini mulai membudidayakan singkong dengan luas tanam di atas 50 ha, terutama di Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.

One Response so far

Leave a Reply

rEsEnt Post gUe..