JAI's Blogs
Mencari dan Memberi yang Terbaik
PROPOSAL PT KINGKONG INDONESIA “The King of Singkong”
Download lengkap pdf proposal PT Kingkong Indonesia klik disini…!!
PROPOSAL PT KINGKONG INDONESIA
VISI
“Menjaga ketahanan pangan dan energi dunia”
MISI
Jangka Panjang
Tabel 1. Analisis Swot
STUDI KELAYAKAN BISNIS
1. Aspek Pasar
Singkong atau ubi kayu merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang tumbuh subur di Indonesia. Pada saat krisis pangan atau langkanya komoditas beras, singkong merupakan alternatif pengganti beras walau hanya dimanfaatkan oleh masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah. Sepanjang tahun 2006 sampai 2007 komoditas singkong yang telah diubah menjadi tepung tapioka harga/ton terus mengalami kenaikan dari harg Rp 100.000 menjad Rp 300.000. Saat ini hasil olahan singkog menjadi makanan kemasan berupa kripik singkong, telah mampu merebut pangsa pasar masyarakat ekonomi kelas menengah ke atas, hal tersebut dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah perusahaan kripik singkog dalam kemasan. Makanan kripik singkong dalam kemasan, diaharapkan kedepanpanya mampu menggantikan makana kripik kentang yang bahan bakunya lebih mahal dan sulit didapat.
Permintaan akan komoditas singkong tidak hanya pada sektor pangan. Krisis energi yang terjadi bebrapa tahun belakangan ini, menjadikan masyarakat dunia harus mampu mencari pengganti bahan baku energi yang terbaharukan seperti biodiesel. Singgkong adalah salah satu komoditas pertanian yang menjadi bahan baku energi terbaharukan untuk dibuat biodiesel. Terkait dengan program pemerintah dengan pencampuaran bahan baku biofuel dengan bahan baku minyak pada tahun 2009, komoditas singkong menjadi salah satu komoditas yang diaharapkan mampu mensuplai bahan baku biofuel tersebut.
Produktivitas dari komoditas singkong di Indonesia masih sangat renadah, apabila dibandingakan dengan potensi dari singkong sendiri. Rata-rata nasional, produktivitas singkong/ha masih pada angka 20-30 ton. Rendahnya produktivitas dari tanaman singkong masih diperparah dengan semakin menyempitnya lahan untuk bertanam singkong. Sementara itu, berdasarkan survey, 58 % lahan tanaman singkong hanya tersebar di Jawa, hal terseut tentu bertolak belakang dengan padatnya pulau jawa dengan penduduk. Sempitnya lahan tersebut secara umum disebabkan masih rendahnya minat dari masyarakat untuk bertanam singkong. Rendahnya minat masyarakat secara umum disebabkan masih minimya pengetahuan atau informasi tentang tanaman singkong sendiri.
Melihat semakin diminatinya singkong oleh pihak industri, diperlukan peningkatan produktivitas dan pembukaan lahan baru, terutama diluar jawa.
Berikut tabel luas lahan dari penanaman tanaman pangan termasuk singkong.
Tabel 2. Luas lahan tanaman pangan
Sumber : Basis data departemen pertanian
Tabel 3. Ekspor Singkong
Sumber : Basis Data ekspor-impor Departemen Pertanian
Tabel 4. Ekspor singkong dan negara tujuan tahun 2005
Sumber : Pusat data pertanian departemen pertanian RI
Tabel 4. Ekspor Ubi kayu olahan (juta ton)
Sumber : Pusat data departemen perdagangan RI
a. Penawaran dan permintaan
Tinginya permintaan suatu produk, tentu akan diukuti dengan meningkatnya harga dari produk tersebut. Demikian juga apabila terjadi penurunan permintaan, akan diikuti dengan penurunan harga. Hukum ekonomi tersebut, juga berlaku pada permintaan dan penawaran komoditas singkong dipasaran dunia.
Permintaan singkong dunia, dari tahun ke tahun mengalami kenaikan kenaikan yang cukup signifikan. Pada tahun 2005, total ekspor singkong dunia sebesar 92, 908 ton, sedangkan pada tahun 2006 total ekspor meningkat sejumlah 139, 906 ton. Peningkatan ekspor singkong basah, juga dikiuti dengan peningkatan ekspor singkong olahan, dimana pada tahun 2006 sebesar 14 juta ton dan tahun 2007 menjadi 31 juta ton. Diperkirakan untuk beberapa tahun kedepan, permintaan singkong akan terus meningkat seiring dengan gencarnya program pemkaian bahan bakar nabati (biofuel). Selain permintaan luar negri, diperkirakan akan terjadi peningkatan permintaan dalam negeri. Hal tersebut didukung dengan program pemerintah tentang pencampuran biofuel dengan BBM (bahan bakar minyak) pada awal tahun 2009 yang salah satu bahan bakunya dari komoditas singkong.
Tingginya permintaan singkong baik dari dalam maupun luar negri,tidak diikuti dengan peningkatan produktivitas singkong nasional. Berdasarkan survey, rata-rata produktivitas singkong per ha nasional Indonesia hanya 20-30 ton. Hal tersebut diperparah dengan semakin sempitnya lahan produksi.
Dilihat dari semakin meningkatnya permintaan komoditas singkong, baik dari dalam maupun luar negri, prospek usaha dibidang produksi singkong di masa mendatang sungguh sangat menjanjikan keuntungan. Selain itu secra agroklimat dan ketersedian lahan, proses produksi singkong di Indonesia juga sangat mendukung.
b. Harga Pasar
Harga dari komoditas singkong dalam beberapa waktu belakangan ini terus meningkat. Sebelum gencarnya penggunaan bahan baku biodiesel dari singkong atu ubi kayu harga singkong per kg hanya berkisar antar Rp 125 samapi Rp 300. Saat ini, ketika masalah krisis energi menjadi suatu kendala bagi tiap-tiap negra dunia, harga singkong segar naik menjadi Rp 500 samapi Rp 600 per kg. Dalam melihat peluang bisnis di produksi singkong besar, peluang terbesar yang belum dimaksimalkan ialalah produktivitas yang masih sangat rendah antara 20-30 ton/ha. Padahal produktivitas singkong segar mempunyai potensi sampai 100 ton/ha. Apabila potensi terseut bisa didekati sampai angka 50 ton/ha, keutungan yang akan diperoleh tentu sangat besar.
Kondisi resesi seperti saat ini memang menurunkan komsumsi komoditas singkong, terutama untuk pembuatan biodiesel. Hal tersebut diakibatkan karena semakin turunya harga minyak dunia yang tentu akan menurunkan komsumsi biofuel. Diperkirakan kondisi tersebut tidak akan berlangsung lama mengingat semakin menipisnya cadangan minyak dunia. Selain itu walau pemakaian komoditas singkong untuk biofuel menurun, pemakaian singkong sebagai bahan baku olahan untuk sektr pangan tentu akan terus meningkat, mengingat sektor panngan adalah kebutuhan primer.
c. Perkembangan pasar singkong.
Perkembangan pasar singkong diperkirakan akan terus berkembang selayaknya komoditas kelapa sawit. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah pabrik-pabrik biodiesel yang menggunkan bahan baku singkong. Seperti PLN sebagai salah satu BUMN vital pemerintah, untuk mencukupi kebutuhan energinya, akan memanfaatkan biodiesel dari bahan baku singkong. Dilihat dari semakin meningkatnya ekspor ubi kayu dari tahun ke tahun dan belum banyaknya bermunculan pesaing, maka prospek usaha produksi singkong di massa mendatang akan sangat cerah dengan sekmen pasar yang akan semakin meningkat.
d. Rantai jalur pemasaran.
Rantai jalur pemasaran komoditas singkong pada lahan milik petani melibatkan banyak pihak. Dalam ranati pemasaran tersebut pihak petani bertindak price taker atau penerima harga dari para tengkulak. Kondisi tersebut, sampai saat ini masih bertahan diakibatkan lemahnya posisi tawar dari petani. Dalam banyak kasus dengan kondisi lahan yang sempit dan rendahnya produksi, petani akan melepas hasil produksi dengan harga berapapun sesuai penawaran para tengkulak.
Gambar 1. Rantai Pemasaran Produk Singkong
Meskipun komoditas singkong saat ini banyak dibutukan oleh banyak industri baik dalam maupun luar negri. Panjangnya rantai pemasran membuat semakin kecilnya margin keuntungan yang diterima produsen singkong dan menjadi hambatan terhadap ekspor singkong. Hamabtan dalam ekspor yang sering menjadi ganjalan ialah kurangnya mutu dari singkong yang akan diekspor.
Gambar 2. Jalur Pemasaran Singkong hingga Tingkat Ekspor
2. Aspek Teknis
§ Letak Geografis dan Administrasi
Perkebunan singkong PT KINGKONG INDONESIA terletak di desa Pugung Raharjo No 15, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur, Lampung. Secara geografis lokasi perkebunan terletak pada 105o 45′ serta 103o 48′ bujur timur; utara selatan di antara 3o dan 45′ dengan 6o dan 45′ lintang selatan. Lokasi pusat kebun dapat dicapai ± 5 jam dengan menggunakan roda empat dari pusat kota Kabupaten Lampung Timur.
Batas-batas wilayah Lampung yaitu Sebelah Utara: Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu; Sebelah Selatan : Selat Sunda; Sebelah Timur : Laut Jawa; Sebelah Barat : Samudera Indonesia. Sedangkan batas-batas areal Kebun Singkong yaitu Sebelah Utara: berbatasan dengan desa Tanggamus, Sebelah Selatan : Bukit Pugung, Sebelah Barat : Tanjung Karang dan Sebelah Timur : River Basin Sekampung.
§ Keadaan Tanah dan Iklim
Secara umum, topografi areal yang ditanami di perkebunan singkong PT KINKONG INDONESIA merupakan Daerah topografis berombak sampai bergelombang, dengan kemiringan antara 8 % – 15 % , dan ketinggian antara 300 meter sampai dengan 500 meter diatas permukaan laut. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman singkong antara 1500-2000 mm/tahun. Kelembaban udara optimal antara 60-65%. Suhu udara minimal bagi tumbuhnya singkong yaitu 10° C. Jika suhunya dibawah 10° C maka pertumbuhan tanaman akan terhambat, tanaman menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga ynag kurang sempurna. Sinarmatahari sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya. Jenis lahan yang sesuai yaitu alluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol dengan kedalaman efektif sekitar 60-100 cm. Topografi tanahnya datar serta mudah diolah, berstruktur remah dan gembur. Hal ini sesuai dengan kebutuhan tanaman singkong yang memerlukan tanah gembur dan kaya akan humus. Tujuan pengolahan tanah agar umbi berkembang pesat dan tumbuh leluasa.
PT KINKONG INDONESIA terletak pada daerah dengan iklim C1 menurut Oldeman dengan bulan basah 5-6 bulan dan 6-7 bulan kering. Kondisi tersebut cocok untuk pengusahaan tanaman singkong yang menghendaki curah hujan yang tidak terlalu tinggi.
§ Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Luas areal perkebunan PT. The Kingkong adalah 615 ha yang terdiri dari 600 ha untuk pertanaman singkong dan 15 ha untuk kantor, kantin, gudang, mushola, areal parkir, dan lain-lain.
§ Tanaman
1. Benih atau Klon Unggul
Tanaman singkong yang ditanam terdiri dari 4 jenis varietas unggul yaitu adira 1, adira II, Basiorao, dan Malang I. Varietas adira I dan adira II memiliki produktivitas 22 ton/ha, varietas Malang I 54-59 ton/ha dan varietas Basiorao memiliki produktivitas 30 ton/ha. Ciri-ciri varieatas tersebut terlampir (lampiran..)
2. Pola Tanam
Jarak tanaman yang digunakan dalam pertanaman singkong adalah 1 m x 1 m, sehingga populasi tanaman dalam satu hektar berjumlah 10.000 tanaman. Pada sela-sela pertanaman singkong akan ditanami LCC untuk mempertahankan kadar hara tanah dan membantu dalam pengendalian gulma.
3. Pengolahan Hasil
PT KINGKONG INDONESIA memproduksi dan menjual singkong dalam bentuk mentah sehingga tidak dilakukan pengolahan hasil secara khusus.
§ Peralatan
Alat-alat yang digunakan untuk kegiatan produksi singkong di PT KINGKONG INDONESIA antara lain traktor, cangkul, garpu, koret, parang, alat transportasi, dan berbagai alat tanam lainnya.
§ Bahan
Pupuk yang digunakan adalah pupuk organic dan anorganik. Pupuk organic yang digunakan pupuk kandang sedangkan pupuk anorganik yang digunakan adalah urea, KCl, dan SP-36
§ Tenaga Kerja
Tenaga kerja di PT Kingkong Indonesia terdiri dari karyawan tetap dan buruh. Karyawan yang ada di PT Kingkong Indonesia berjumlah 36 orang dengan perkiraan 10260 HOK per tahunnya sedangkan HOK untuk buruh di PT Kingkong Indonesia berjumlah 102000 HOK
3. Aspek Ekonomi dan Keuangan
Aspek ekonomi dan keuangan melihat bagaimana kelayakan jenis usaha yang dijalankan. Suatu usaha dikatakan layak dijalankan jika usaha tersebut menguntungkan baik secara mikro (komersial) maupun makro (sosial). Oleh karena itu perlu dilakukan analisis kelayakan sebelum usaha tersebut dijalankan. Analisis kelayakan yang dapat dilakukan terdiri atas analisis ekonomi dan keuangan atau finansial. Kedua analisis ini sangat erat hubungannya, karena keduanya mengkaji tingkat keuntungan (B-C) yang dapat dicapai oleh suatu usaha. Perbedaannya adalah analisis ekonomi dilihat dari kepentingan negara atau masyarakat secara keseluruhan sedangkan analisis finansial dilihat dari kepentingan pelaksana atau orang-orang yang terkait langsung dalam proyek tersebut (pengusaha, petani, dll). Analisis kelayakan finansial terutama menyangkut perbandingan antara biaya- biaya dan manfaatnya dan menentukan apakah proyek tersebut memiliki keuntungan yang layak. Biaya dan manfaat tersebut harus dapat dinilai dalam bentuk uang.
Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Dalam arus kas (cash flow ), biaya tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni biaya investasi dan biaya operasional.
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada awal dimulainya proyek dan biasanya memerlukan biaya yang besar. Biaya investasi tersebut meliputi biaya tanah, bangunan (kantor, gudang, mushola, gedung serba guna,) dan peralatan (truk, traktor, dan alat-alat produksi lain)
Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan setiap proses produksi dilakukan. Biaya ini dibedakan atas biaya tetap (fixed cost) dan biaya variable (variable cost). Biaya tetap (fixed cost) yakni biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh output yang dihasilkan pada suatu periode tertentu, meliputi, gaji karyawan, upah tenaga kerja, reinvestasi, pengembalian pinjaman, pajak. Sedangkan biaya variable (variable cost) yakni biaya yang jumlahnya dapat berubah dan dipengaruhi oleh output, yang meliputi biaya sarana produksi (bahan tanam, pupuk, pestisida, dll), biaya penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen.
Kriteria kelayakan yang diukur antara lain :
a) Net Present Value (NPV)
Net Present Value merupakan selisih antara present value arus manfaat (benefit) dengan present value arus biaya (cost). NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari suatu usaha selama umur usaha tersebut pada tingkat discount rate tertentu. Jika NPV > 0 maka usaha tersebut menguntungkan dan layak dijalankan, jika NPV = 0 maka usaha tersebut layak tetapi tidak menguntungkan dan tidak merugikan. Jika NPV < 0, maka usaha tersebut tidak layak dijalankan.
Berdasarkan perhitungan cash flow (lampiran..) yang telah dibuat diketahui besarnya NPV pada pengembangan usaha ini adalah Rp 5.523.370.000. Hal ini berarti bahwa usaha layak dijalankan dengan nilai laba yang diperoleh dengan memperhitungkan nilai waktu uang selama lima tahun adalah sebesar Rp 5.523.370.000
b) Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) mengukur seberapa besar tingkat pengembalian proyek terhadap investasi yang ditanamkan. Ini dapat ditunjukkan dengan mengukur tingkat suku bunga (discount rate) yang menghasilkan NPV = 0. Besaran yang dihasilkan dalam perhitungan ini adalah dalam satuan persentase.
Suatu proyek dikatakan layak jika IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga atau discount rate (IRR > i), sebaliknya jika IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga atau discount rate (IRR < i) maka usaha tersebut tidak layak dijalankan. Besarnya IRR dari pengembangan usaha ini adalah sebesar 29 % Hal ini berarti bahwa usaha tersebut layak dijalankan.
c) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio) adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu proyek atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila diperoleh Net B/C ≥ 1 dan dikatakan tidak layak bila diperoleh Net B/C ≤ 1.
Nilai Net B/C ratio yang didapatkan sebesar 1.8 Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap pengeluran sebesar Rp. 1,00,- menurut nilai sekarang akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0.80
d) Payback Period (PP = MPI = Masa Pengembalian Investasi)
Merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluru biaya (dan beban bunganya) yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek. Berdasarkan analisis yang dilakukan diketahui bahwa payback period usaha ini adalah 3 tahun 1 bulan
4. Aspek Manajemen
Aspek manajemen di PT Kinkong Indonesia berupa pembagian tugas dan kewajiban masing-masing jabatan.
ü Mengkordinasi pembuatan kebijaksanaan perusahaan
ü Mengelola PT. Kingkong sesuai dengan tugas yang dilimpahkan oleh RUPS dan akta pendirian perusahaan
ü Mengkoordinasi penyusunan RAPB
ü Mengontrol dan mengawasi setiap kepala bagian
ü Membuat LPJ kepada dirut dan pemegang saham
ü Membantu manajer dalam mengkoordinasi kepala bagian
ü Memberikan saran dalam memecahkan masalah
ü Mengelola bidang pemasaran dengan memberikan bimbingan, pengarahan, dan pengawasan secara langsung
ü Bertanggung jawab atas kegiatan pemasaran produk perusahaan kepada manajer
ü Mengelola tanaman dengan memberikan bimbingan, pengarahan serta pengawasan secara langsung
ü Bertanggung jawab atas kegiatan produksi perusahaan kepada manajer
ü Melakukan penelitian yang berkaitan dengan komoditi yang diusahakan
ü Mengembangkan teknik budidaya yang sudah dilakukan
ü Bertanggung jawab atas kegiatan pengembangan serta adaptasi teknologi kepada manajer
ü Mengelola dan mengatur perekrutan karyawan
ü Menampung keluhan-keluhan karyawan yang terjadi selama pekerjaan berlangsung
ü Melakukan inventarisasi asset-aset perusahaan
ü Mengurus jadwal kegiatan perusahaan
ü Mengatur keluar masuk keuangan perusahaan
ü Mengelola dan menyimpan data perusahaan
ü Bertanggung jawab atas kegiatan administrasi dan keuangan perusahaan kepada manajer
ü Membuat kebijakan dalam pengelolaan kebun
ü Mengawasi kinerja mandor dalam setiap unit kebun
ü Bertanggung jawab terhadap produktivitas komoditi singkong
ü Memberikan saran kepada kepala afdeling untuk menentukan kebijakan
ü Bertanggung jawab atas segala kegiatan di lapangan kepada asisten kebun
ü Mematuhi dan menjalankan segala peraturan yang sudah ditetapkan perusahaan
ü Bertanggung jawab atas segala kegiatan di lapangan kepada mandor
ü Mengawasi produk agar sesuai dengan standar mutu yang sudah ditetapkan perusahaan
ü Memberikan saran kepada kepala Quality Control untuk menentukan kebijakan
ü Mentaati semua peraturan yang telah dibuat perusahaan baik yang tertulis maupun tidak tertulis berdasarkan asas pedoman.
5. Aspek Poleksosbudhankam
Permintaan komoditas singkong untuk energi juga sangat tinggi, mengingat sekarang ini energi yang tersedia sangat terbatas sedangkan permintaan energi sangat tinggi. Semakin tinggi permintaan terhadap pemenuhan sumber pangan dan energi, maka semakin tinggi pula permintaan terhadap komoditas singkong. Hal ini merupakan peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan produksi dan pemasaran singkong dalam memenuhi permintaan masyarakat. Selain itu, perkebunan singkong juga menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitar perkebunan sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya.
CASH FLOW PT KINGKONG INDONESIA
Tabel 5. Cash Flow PT Kinkong Indonesia
LAMPIRAN
Tabel 6. Deskripsi varietas singkong yang duisahakan
Gambar 3. Layout PT Kinkong IndonesiaProses Produksi Singkong
Gambar 4. Proses Produksi Singkong
Tabel 7. Rekapitulasi Kebutuhan Tenaga Kerja PT Kinkong Indonesia
Struktur Organisasi PT KINGKONG INDONESIA
Gambar 5. Struktur Organisasi PT Kinkong Indonesia
Tabel 8. Matrik QSPM
PROPOSAL PT KINGKONG INDONESIA
KINGKONG
VISI
“Menjaga ketahanan pangan dan energi dunia”
MISI
- Menjadikan perusahaan sebagai penghasil bahan pangan dan bioethanol berbasis ubu kayu
- Meningkatkan mutu dan nilai jual ubi kayu
- Menjadikan perusahaan sebagai penghasil ubi kayu terbesar dunia
- Menjunjung tinggi nilai-nilai agama, moral dan etika
- Menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk
- Modifikasi produk demi memuaskan pelanggan
- Profesional dan bersahabat
- Tingkatkan loyalitas dengan semangat juang yang tinggi
- Menggali potensi diri
Jangka Panjang
- Inovasi (pengembangan ) produk yang ada dengan mempertimbangkan kekuatan yang dimiliki dan besarnya peluang pasar
- Penetrasi pasar untuk memperluas pasar dan lebih mengenalkan produk perusahaan kepada masyarakat
- Diversifikasi produk yang ada untuk menghindari persaingan dengan perusahaan dengan komoditas yang sama
- Ekspansi untuk memperluas saluran distribusi dan pemasaran.
- Joint venture dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan investasi perusahaan
- Difestasi dilakukan untuk mengatasi ancaman dengan meminimalisir kelemahan yang dimiliki perusahaan.
Tabel 1. Analisis Swot
faktor internal EFAS faktor Eksternal | S | W | ||
SDA memadai | Pembiayaan investasi | |||
SDM berkualitas | Mitra usaha | |||
Litbang | ||||
O | ||||
Diversifikasi pangan dan energi | Ekspansi | Joint Venture | ||
Permintaan pasar | Inovasi produk | |||
Industri pengolahan | ||||
T | ||||
Kebijakan pemerintah | Penetrasi pasar | Divestasi | ||
Persaingan usaha | Diversifikasi | |||
Kondisi negara | ||||
Iklim dan bencana |
STUDI KELAYAKAN BISNIS
1. Aspek Pasar
Singkong atau ubi kayu merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang tumbuh subur di Indonesia. Pada saat krisis pangan atau langkanya komoditas beras, singkong merupakan alternatif pengganti beras walau hanya dimanfaatkan oleh masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah. Sepanjang tahun 2006 sampai 2007 komoditas singkong yang telah diubah menjadi tepung tapioka harga/ton terus mengalami kenaikan dari harg Rp 100.000 menjad Rp 300.000. Saat ini hasil olahan singkog menjadi makanan kemasan berupa kripik singkong, telah mampu merebut pangsa pasar masyarakat ekonomi kelas menengah ke atas, hal tersebut dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah perusahaan kripik singkog dalam kemasan. Makanan kripik singkong dalam kemasan, diaharapkan kedepanpanya mampu menggantikan makana kripik kentang yang bahan bakunya lebih mahal dan sulit didapat.
Permintaan akan komoditas singkong tidak hanya pada sektor pangan. Krisis energi yang terjadi bebrapa tahun belakangan ini, menjadikan masyarakat dunia harus mampu mencari pengganti bahan baku energi yang terbaharukan seperti biodiesel. Singgkong adalah salah satu komoditas pertanian yang menjadi bahan baku energi terbaharukan untuk dibuat biodiesel. Terkait dengan program pemerintah dengan pencampuaran bahan baku biofuel dengan bahan baku minyak pada tahun 2009, komoditas singkong menjadi salah satu komoditas yang diaharapkan mampu mensuplai bahan baku biofuel tersebut.
Produktivitas dari komoditas singkong di Indonesia masih sangat renadah, apabila dibandingakan dengan potensi dari singkong sendiri. Rata-rata nasional, produktivitas singkong/ha masih pada angka 20-30 ton. Rendahnya produktivitas dari tanaman singkong masih diperparah dengan semakin menyempitnya lahan untuk bertanam singkong. Sementara itu, berdasarkan survey, 58 % lahan tanaman singkong hanya tersebar di Jawa, hal terseut tentu bertolak belakang dengan padatnya pulau jawa dengan penduduk. Sempitnya lahan tersebut secara umum disebabkan masih rendahnya minat dari masyarakat untuk bertanam singkong. Rendahnya minat masyarakat secara umum disebabkan masih minimya pengetahuan atau informasi tentang tanaman singkong sendiri.
Melihat semakin diminatinya singkong oleh pihak industri, diperlukan peningkatan produktivitas dan pembukaan lahan baru, terutama diluar jawa.
Berikut tabel luas lahan dari penanaman tanaman pangan termasuk singkong.
Tabel 2. Luas lahan tanaman pangan
Komoditi | Satuan | 2002 | 2003 | 2004 | 2005 | 2006 | 2007 | 2008 |
Padi | Ha | 11,521,166.00 | 11,488,034.00 | 11,922,974.00 | 11,839,060.00 | 11,786,430.00 | 12,147,637.00 | [3]12,343,617.00 |
Padi Ladang | Ha | 1,064,187.00 | 1,093,518.00 | 1,123,502.00 | 1,105,484.00 | 1,073,416.00 | 1,106,412.00 | [3]1,078,874.00 |
Padi Sawah | Ha | 10,456,979.00 | 10,394,516.00 | 10,799,472.00 | 10,733,576.00 | 10,713,014.00 | 11,041,225.00 | [3]11,264,743.00 |
Jagung | Ha | 3,109,448.00 | 3,358,511.00 | 3,356,914.00 | 3,625,987.00 | 3,345,805.00 | 3,630,324.00 | [3]3,923,077.00 |
Kacang Hijau | Ha | 313,563.00 | 344,558.00 | 311,863.00 | 318,337.00 | 309,103.00 | 306,207.00 | [3]276,892.00 |
Kacang Tanah | Ha | 646,953.00 | 683,537.00 | 723,434.00 | 720,526.00 | 706,753.00 | 660,480.00 | [3]631,131.00 |
Kedele | Ha | 544,522.00 | 526,796.00 | 565,155.00 | 621,541.00 | 580,534.00 | 459,116.00 | [3]579,593.00 |
Ubijalar | Ha | 177,275.00 | 197,455.00 | 184,546.00 | 178,336.00 | 176,507.00 | 176,932.00 | [3]170,079.00 |
Ubikayu / Ketela Pohon | Ha | 1,276,533.00 | 1,244,543.00 | 1,255,805.00 | 1,213,460.00 | 1,227,459.00 | 1,201,481.00 | [3]1,178,306.00 |
Tabel 3. Ekspor Singkong
No | Tahun | Jumlah (kg) | Nilai(US$) |
1 | 2004 | 53,304,966.00 | 8,034,062.00 |
2 | 2005 | 92,908,144.00 | 12,657,036.00 |
3 | 2006 | 139,096,495.00 | 16,683,569.00 |
Tabel 4. Ekspor singkong dan negara tujuan tahun 2005
Negara | Januari | Pebruari | Jumlah | |||
Volume (Kg) | Nilai (US$) | Volume (Kg) | Nilai (US$) | Volume (Kg) | Nilai (US$) | |
Japan | 24,200.00 | 3,553.00 | 5,502,423.00 | 965,757.00 | 5,526,623.00 | 969,310.00 |
Hong Kong | 27.00 | 56.00 | 492.00 | 795.00 | 519.00 | 851.00 |
Taiwan, Province Of China | 5,013,199.00 | 973,187.00 | 4,741,720.00 | 1,002,158.00 | 9,754,919.00 | 1,975,345.00 |
China | 23,382,680.00 | 3,365,863.00 | 29,683,221.00 | 2,186,868.00 | 53,065,901.00 | 5,552,731.00 |
Thailand | 0.00 | 0.00 | 96,250.00 | 15,557.00 | 96,250.00 | 15,557.00 |
Singapore | 175,500.00 | 29,755.00 | 136,500.00 | 24,752.00 | 312,000.00 | 54,507.00 |
Philippines | 1,993,786.00 | 356,850.00 | 519,500.00 | 81,775.00 | 2,513,286.00 | 438,625.00 |
Malaysia | 5,617,560.00 | 928,340.00 | 15,420,551.00 | 2,544,386.00 | 21,038,111.00 | 3,472,726.00 |
Saudi Arabia | 0.00 | 0.00 | 1,814.00 | 1,050.00 | 1,814.00 | 1,050.00 |
Australia | 302.00 | 460.00 | 209.00 | 329.00 | 511.00 | 789.00 |
Timor Leste | 0.00 | 0.00 | 20.00 | 20.00 | 20.00 | 20.00 |
Chile | 58,500.00 | 11,993.00 | 0.00 | 0.00 | 58,500.00 | 11,993.00 |
United Kingdom | 0.00 | 0.00 | 5,025.00 | 8,040.00 | 5,025.00 | 8,040.00 |
Netherlands | 0.00 | 0.00 | 5,769.00 | 7,921.00 | 5,769.00 | 7,921.00 |
giGermany,fed. Rep. Of | 0.00 | 0.00 | 1,896.00 | 4,676.00 | 1,896.00 | 4,676.00 |
Italy | 112,000.00 | 31,252.00 | 320,000.00 | 95,968.00 | 432,000.00 | 127,220.00 |
Russian Federation | 0.00 | 0.00 | 95,000.00 | 15,675.00 | 95,000.00 | 15,675.00 |
Tabel 4. Ekspor Ubi kayu olahan (juta ton)
2003 | 2004 | 2005 | 2006 | 2007 |
2 | 20 | 25 | 14 | 31 |
a. Penawaran dan permintaan
Tinginya permintaan suatu produk, tentu akan diukuti dengan meningkatnya harga dari produk tersebut. Demikian juga apabila terjadi penurunan permintaan, akan diikuti dengan penurunan harga. Hukum ekonomi tersebut, juga berlaku pada permintaan dan penawaran komoditas singkong dipasaran dunia.
Permintaan singkong dunia, dari tahun ke tahun mengalami kenaikan kenaikan yang cukup signifikan. Pada tahun 2005, total ekspor singkong dunia sebesar 92, 908 ton, sedangkan pada tahun 2006 total ekspor meningkat sejumlah 139, 906 ton. Peningkatan ekspor singkong basah, juga dikiuti dengan peningkatan ekspor singkong olahan, dimana pada tahun 2006 sebesar 14 juta ton dan tahun 2007 menjadi 31 juta ton. Diperkirakan untuk beberapa tahun kedepan, permintaan singkong akan terus meningkat seiring dengan gencarnya program pemkaian bahan bakar nabati (biofuel). Selain permintaan luar negri, diperkirakan akan terjadi peningkatan permintaan dalam negeri. Hal tersebut didukung dengan program pemerintah tentang pencampuran biofuel dengan BBM (bahan bakar minyak) pada awal tahun 2009 yang salah satu bahan bakunya dari komoditas singkong.
Tingginya permintaan singkong baik dari dalam maupun luar negri,tidak diikuti dengan peningkatan produktivitas singkong nasional. Berdasarkan survey, rata-rata produktivitas singkong per ha nasional Indonesia hanya 20-30 ton. Hal tersebut diperparah dengan semakin sempitnya lahan produksi.
Dilihat dari semakin meningkatnya permintaan komoditas singkong, baik dari dalam maupun luar negri, prospek usaha dibidang produksi singkong di masa mendatang sungguh sangat menjanjikan keuntungan. Selain itu secra agroklimat dan ketersedian lahan, proses produksi singkong di Indonesia juga sangat mendukung.
b. Harga Pasar
Harga dari komoditas singkong dalam beberapa waktu belakangan ini terus meningkat. Sebelum gencarnya penggunaan bahan baku biodiesel dari singkong atu ubi kayu harga singkong per kg hanya berkisar antar Rp 125 samapi Rp 300. Saat ini, ketika masalah krisis energi menjadi suatu kendala bagi tiap-tiap negra dunia, harga singkong segar naik menjadi Rp 500 samapi Rp 600 per kg. Dalam melihat peluang bisnis di produksi singkong besar, peluang terbesar yang belum dimaksimalkan ialalah produktivitas yang masih sangat rendah antara 20-30 ton/ha. Padahal produktivitas singkong segar mempunyai potensi sampai 100 ton/ha. Apabila potensi terseut bisa didekati sampai angka 50 ton/ha, keutungan yang akan diperoleh tentu sangat besar.
Kondisi resesi seperti saat ini memang menurunkan komsumsi komoditas singkong, terutama untuk pembuatan biodiesel. Hal tersebut diakibatkan karena semakin turunya harga minyak dunia yang tentu akan menurunkan komsumsi biofuel. Diperkirakan kondisi tersebut tidak akan berlangsung lama mengingat semakin menipisnya cadangan minyak dunia. Selain itu walau pemakaian komoditas singkong untuk biofuel menurun, pemakaian singkong sebagai bahan baku olahan untuk sektr pangan tentu akan terus meningkat, mengingat sektor panngan adalah kebutuhan primer.
c. Perkembangan pasar singkong.
Perkembangan pasar singkong diperkirakan akan terus berkembang selayaknya komoditas kelapa sawit. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah pabrik-pabrik biodiesel yang menggunkan bahan baku singkong. Seperti PLN sebagai salah satu BUMN vital pemerintah, untuk mencukupi kebutuhan energinya, akan memanfaatkan biodiesel dari bahan baku singkong. Dilihat dari semakin meningkatnya ekspor ubi kayu dari tahun ke tahun dan belum banyaknya bermunculan pesaing, maka prospek usaha produksi singkong di massa mendatang akan sangat cerah dengan sekmen pasar yang akan semakin meningkat.
d. Rantai jalur pemasaran.
Rantai jalur pemasaran komoditas singkong pada lahan milik petani melibatkan banyak pihak. Dalam ranati pemasaran tersebut pihak petani bertindak price taker atau penerima harga dari para tengkulak. Kondisi tersebut, sampai saat ini masih bertahan diakibatkan lemahnya posisi tawar dari petani. Dalam banyak kasus dengan kondisi lahan yang sempit dan rendahnya produksi, petani akan melepas hasil produksi dengan harga berapapun sesuai penawaran para tengkulak.
|
|
|
|
Meskipun komoditas singkong saat ini banyak dibutukan oleh banyak industri baik dalam maupun luar negri. Panjangnya rantai pemasran membuat semakin kecilnya margin keuntungan yang diterima produsen singkong dan menjadi hambatan terhadap ekspor singkong. Hamabtan dalam ekspor yang sering menjadi ganjalan ialah kurangnya mutu dari singkong yang akan diekspor.
Gambar 2. Jalur Pemasaran Singkong hingga Tingkat Ekspor
2. Aspek Teknis
§ Letak Geografis dan Administrasi
Perkebunan singkong PT KINGKONG INDONESIA terletak di desa Pugung Raharjo No 15, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur, Lampung. Secara geografis lokasi perkebunan terletak pada 105o 45′ serta 103o 48′ bujur timur; utara selatan di antara 3o dan 45′ dengan 6o dan 45′ lintang selatan. Lokasi pusat kebun dapat dicapai ± 5 jam dengan menggunakan roda empat dari pusat kota Kabupaten Lampung Timur.
Batas-batas wilayah Lampung yaitu Sebelah Utara: Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu; Sebelah Selatan : Selat Sunda; Sebelah Timur : Laut Jawa; Sebelah Barat : Samudera Indonesia. Sedangkan batas-batas areal Kebun Singkong yaitu Sebelah Utara: berbatasan dengan desa Tanggamus, Sebelah Selatan : Bukit Pugung, Sebelah Barat : Tanjung Karang dan Sebelah Timur : River Basin Sekampung.
§ Keadaan Tanah dan Iklim
Secara umum, topografi areal yang ditanami di perkebunan singkong PT KINKONG INDONESIA merupakan Daerah topografis berombak sampai bergelombang, dengan kemiringan antara 8 % – 15 % , dan ketinggian antara 300 meter sampai dengan 500 meter diatas permukaan laut. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman singkong antara 1500-2000 mm/tahun. Kelembaban udara optimal antara 60-65%. Suhu udara minimal bagi tumbuhnya singkong yaitu 10° C. Jika suhunya dibawah 10° C maka pertumbuhan tanaman akan terhambat, tanaman menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga ynag kurang sempurna. Sinarmatahari sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya. Jenis lahan yang sesuai yaitu alluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol dengan kedalaman efektif sekitar 60-100 cm. Topografi tanahnya datar serta mudah diolah, berstruktur remah dan gembur. Hal ini sesuai dengan kebutuhan tanaman singkong yang memerlukan tanah gembur dan kaya akan humus. Tujuan pengolahan tanah agar umbi berkembang pesat dan tumbuh leluasa.
PT KINKONG INDONESIA terletak pada daerah dengan iklim C1 menurut Oldeman dengan bulan basah 5-6 bulan dan 6-7 bulan kering. Kondisi tersebut cocok untuk pengusahaan tanaman singkong yang menghendaki curah hujan yang tidak terlalu tinggi.
§ Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Luas areal perkebunan PT. The Kingkong adalah 615 ha yang terdiri dari 600 ha untuk pertanaman singkong dan 15 ha untuk kantor, kantin, gudang, mushola, areal parkir, dan lain-lain.
§ Tanaman
1. Benih atau Klon Unggul
Tanaman singkong yang ditanam terdiri dari 4 jenis varietas unggul yaitu adira 1, adira II, Basiorao, dan Malang I. Varietas adira I dan adira II memiliki produktivitas 22 ton/ha, varietas Malang I 54-59 ton/ha dan varietas Basiorao memiliki produktivitas 30 ton/ha. Ciri-ciri varieatas tersebut terlampir (lampiran..)
2. Pola Tanam
Jarak tanaman yang digunakan dalam pertanaman singkong adalah 1 m x 1 m, sehingga populasi tanaman dalam satu hektar berjumlah 10.000 tanaman. Pada sela-sela pertanaman singkong akan ditanami LCC untuk mempertahankan kadar hara tanah dan membantu dalam pengendalian gulma.
3. Pengolahan Hasil
PT KINGKONG INDONESIA memproduksi dan menjual singkong dalam bentuk mentah sehingga tidak dilakukan pengolahan hasil secara khusus.
§ Peralatan
Alat-alat yang digunakan untuk kegiatan produksi singkong di PT KINGKONG INDONESIA antara lain traktor, cangkul, garpu, koret, parang, alat transportasi, dan berbagai alat tanam lainnya.
§ Bahan
Pupuk yang digunakan adalah pupuk organic dan anorganik. Pupuk organic yang digunakan pupuk kandang sedangkan pupuk anorganik yang digunakan adalah urea, KCl, dan SP-36
§ Tenaga Kerja
Tenaga kerja di PT Kingkong Indonesia terdiri dari karyawan tetap dan buruh. Karyawan yang ada di PT Kingkong Indonesia berjumlah 36 orang dengan perkiraan 10260 HOK per tahunnya sedangkan HOK untuk buruh di PT Kingkong Indonesia berjumlah 102000 HOK
3. Aspek Ekonomi dan Keuangan
Aspek ekonomi dan keuangan melihat bagaimana kelayakan jenis usaha yang dijalankan. Suatu usaha dikatakan layak dijalankan jika usaha tersebut menguntungkan baik secara mikro (komersial) maupun makro (sosial). Oleh karena itu perlu dilakukan analisis kelayakan sebelum usaha tersebut dijalankan. Analisis kelayakan yang dapat dilakukan terdiri atas analisis ekonomi dan keuangan atau finansial. Kedua analisis ini sangat erat hubungannya, karena keduanya mengkaji tingkat keuntungan (B-C) yang dapat dicapai oleh suatu usaha. Perbedaannya adalah analisis ekonomi dilihat dari kepentingan negara atau masyarakat secara keseluruhan sedangkan analisis finansial dilihat dari kepentingan pelaksana atau orang-orang yang terkait langsung dalam proyek tersebut (pengusaha, petani, dll). Analisis kelayakan finansial terutama menyangkut perbandingan antara biaya- biaya dan manfaatnya dan menentukan apakah proyek tersebut memiliki keuntungan yang layak. Biaya dan manfaat tersebut harus dapat dinilai dalam bentuk uang.
Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Dalam arus kas (cash flow ), biaya tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni biaya investasi dan biaya operasional.
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada awal dimulainya proyek dan biasanya memerlukan biaya yang besar. Biaya investasi tersebut meliputi biaya tanah, bangunan (kantor, gudang, mushola, gedung serba guna,) dan peralatan (truk, traktor, dan alat-alat produksi lain)
Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan setiap proses produksi dilakukan. Biaya ini dibedakan atas biaya tetap (fixed cost) dan biaya variable (variable cost). Biaya tetap (fixed cost) yakni biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh output yang dihasilkan pada suatu periode tertentu, meliputi, gaji karyawan, upah tenaga kerja, reinvestasi, pengembalian pinjaman, pajak. Sedangkan biaya variable (variable cost) yakni biaya yang jumlahnya dapat berubah dan dipengaruhi oleh output, yang meliputi biaya sarana produksi (bahan tanam, pupuk, pestisida, dll), biaya penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen.
Kriteria kelayakan yang diukur antara lain :
a) Net Present Value (NPV)
Net Present Value merupakan selisih antara present value arus manfaat (benefit) dengan present value arus biaya (cost). NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari suatu usaha selama umur usaha tersebut pada tingkat discount rate tertentu. Jika NPV > 0 maka usaha tersebut menguntungkan dan layak dijalankan, jika NPV = 0 maka usaha tersebut layak tetapi tidak menguntungkan dan tidak merugikan. Jika NPV < 0, maka usaha tersebut tidak layak dijalankan.
Berdasarkan perhitungan cash flow (lampiran..) yang telah dibuat diketahui besarnya NPV pada pengembangan usaha ini adalah Rp 5.523.370.000. Hal ini berarti bahwa usaha layak dijalankan dengan nilai laba yang diperoleh dengan memperhitungkan nilai waktu uang selama lima tahun adalah sebesar Rp 5.523.370.000
b) Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) mengukur seberapa besar tingkat pengembalian proyek terhadap investasi yang ditanamkan. Ini dapat ditunjukkan dengan mengukur tingkat suku bunga (discount rate) yang menghasilkan NPV = 0. Besaran yang dihasilkan dalam perhitungan ini adalah dalam satuan persentase.
Suatu proyek dikatakan layak jika IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga atau discount rate (IRR > i), sebaliknya jika IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga atau discount rate (IRR < i) maka usaha tersebut tidak layak dijalankan. Besarnya IRR dari pengembangan usaha ini adalah sebesar 29 % Hal ini berarti bahwa usaha tersebut layak dijalankan.
c) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio) adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu proyek atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila diperoleh Net B/C ≥ 1 dan dikatakan tidak layak bila diperoleh Net B/C ≤ 1.
Nilai Net B/C ratio yang didapatkan sebesar 1.8 Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap pengeluran sebesar Rp. 1,00,- menurut nilai sekarang akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0.80
d) Payback Period (PP = MPI = Masa Pengembalian Investasi)
Merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluru biaya (dan beban bunganya) yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek. Berdasarkan analisis yang dilakukan diketahui bahwa payback period usaha ini adalah 3 tahun 1 bulan
4. Aspek Manajemen
Aspek manajemen di PT Kinkong Indonesia berupa pembagian tugas dan kewajiban masing-masing jabatan.
- Direktur Utama :
ü Mengkordinasi pembuatan kebijaksanaan perusahaan
ü Mengelola PT. Kingkong sesuai dengan tugas yang dilimpahkan oleh RUPS dan akta pendirian perusahaan
- Manajer
ü Mengkoordinasi penyusunan RAPB
ü Mengontrol dan mengawasi setiap kepala bagian
ü Membuat LPJ kepada dirut dan pemegang saham
- Asisten Manajer
ü Membantu manajer dalam mengkoordinasi kepala bagian
ü Memberikan saran dalam memecahkan masalah
- Kepala Bagian Pemasaran
ü Mengelola bidang pemasaran dengan memberikan bimbingan, pengarahan, dan pengawasan secara langsung
ü Bertanggung jawab atas kegiatan pemasaran produk perusahaan kepada manajer
- Kepala Bagian Produksi
ü Mengelola tanaman dengan memberikan bimbingan, pengarahan serta pengawasan secara langsung
ü Bertanggung jawab atas kegiatan produksi perusahaan kepada manajer
- Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan
ü Melakukan penelitian yang berkaitan dengan komoditi yang diusahakan
ü Mengembangkan teknik budidaya yang sudah dilakukan
ü Bertanggung jawab atas kegiatan pengembangan serta adaptasi teknologi kepada manajer
- Kepala Bagian Personalia
ü Mengelola dan mengatur perekrutan karyawan
ü Menampung keluhan-keluhan karyawan yang terjadi selama pekerjaan berlangsung
- Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan
ü Melakukan inventarisasi asset-aset perusahaan
ü Mengurus jadwal kegiatan perusahaan
ü Mengatur keluar masuk keuangan perusahaan
ü Mengelola dan menyimpan data perusahaan
ü Bertanggung jawab atas kegiatan administrasi dan keuangan perusahaan kepada manajer
- Kepala Afdeling
ü Membuat kebijakan dalam pengelolaan kebun
ü Mengawasi kinerja mandor dalam setiap unit kebun
ü Bertanggung jawab terhadap produktivitas komoditi singkong
- Asisten Kebun
ü Memberikan saran kepada kepala afdeling untuk menentukan kebijakan
- Mandor
ü Bertanggung jawab atas segala kegiatan di lapangan kepada asisten kebun
- Buruh Harian Lepas
ü Mematuhi dan menjalankan segala peraturan yang sudah ditetapkan perusahaan
ü Bertanggung jawab atas segala kegiatan di lapangan kepada mandor
- Quality Control
ü Mengawasi produk agar sesuai dengan standar mutu yang sudah ditetapkan perusahaan
- Asisten Quality Control
ü Memberikan saran kepada kepala Quality Control untuk menentukan kebijakan
- Staff
ü Mentaati semua peraturan yang telah dibuat perusahaan baik yang tertulis maupun tidak tertulis berdasarkan asas pedoman.
5. Aspek Poleksosbudhankam
- Aspek Politik
- Aspek Sosial dan Ekonomi
Permintaan komoditas singkong untuk energi juga sangat tinggi, mengingat sekarang ini energi yang tersedia sangat terbatas sedangkan permintaan energi sangat tinggi. Semakin tinggi permintaan terhadap pemenuhan sumber pangan dan energi, maka semakin tinggi pula permintaan terhadap komoditas singkong. Hal ini merupakan peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan produksi dan pemasaran singkong dalam memenuhi permintaan masyarakat. Selain itu, perkebunan singkong juga menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitar perkebunan sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya.
- Aspek Pertahanan dan Keamanan
- Aspek Hukum
CASH FLOW PT KINGKONG INDONESIA
Tabel 5. Cash Flow PT Kinkong Indonesia
No | Uraian | Tahun ke- | ||||
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | ||
A | Inflow | |||||
1 | Nilai Produk | 7200.00 | 7560.00 | 7938.00 | 8334.90 | 8751.65 |
2 | Pinjaman | 1000.00 | 0.00 | 0.00 | 0.00 | 0.00 |
3 | modal | 4000.00 | 0.00 | 0.00 | 0.00 | 0.00 |
4 | Nilai sewa | 1411.00 | 1481.55 | 1555.63 | 1633.41 | 1715.08 |
5 | Nilai Sisa | 0.00 | 0.00 | 0.00 | 0.00 | 147.50 |
Total | 13611.00 | 9041.55 | 9493.63 | 9968.31 | 10614.22 | |
B | Outflow | |||||
@ | Biaya Investasi | |||||
1 | Tanah | 15000.00 | 0.00 | 0.00 | 0.00 | 0.00 |
2 | Bangunan | 275.00 | 0.00 | 0.00 | 0.00 | 0.00 |
3 | Peralatan | 1200.00 | 0.00 | 0.00 | 0.00 | 0.00 |
Total | 16475.00 | 0.00 | 0.00 | 0.00 | 0.00 | |
@ | Biaya operasional | |||||
1 | Bibit | 330.00 | 346.50 | 363.83 | 382.02 | 401.12 |
2 | Pupuk | 876.00 | 919.80 | 965.79 | 1014.08 | 1064.78 |
3 | Listrik, telepon, air | 180.00 | 180.00 | 180.00 | 180.00 | 180.00 |
4 | Pestisida | 72.00 | 72.00 | 72.00 | 72.00 | 72.00 |
5 | Karyawan | 1188.00 | 1188.00 | 1188.00 | 1188.00 | 1188.00 |
6 | Buruh | 2040.00 | 2040.00 | 2040.00 | 2040.00 | 2040.00 |
7 | Debt Service | 300.00 | 300.00 | 300.00 | 300.00 | 300.00 |
8 | Pajak | |||||
PPh | 1016.80 | 1067.64 | 1121.02 | 1177.07 | ||
PBB | 0.28 | 0.26 | 0.25 | 0.24 | 0.22 | |
9 | IPEDA (1%) | 72.00 | 75.60 | 79.38 | 83.35 | 87.52 |
10 | reinvestasi | 120.00 | 126.00 | 132.30 | 138.92 | 145.86 |
Total | 5178.28 | 5046.30 | 5109.62 | 5176.10 | 5245.90 | |
Total biaya | 21653.28 | 5046.30 | 5109.62 | 5176.10 | 5245.90 | |
Net Benefit | -8042.28 | 3995.25 | 4384.01 | 4792.21 | 5368.32 | |
DR | 0.85 | 0.80 | 0.71 | 0.64 | 0.57 | |
PV | -6873.74 | 3184.99 | 3120.45 | 3045.54 | 3046.13 | |
NPV | 5523.37 | |||||
B/C | 1.80 | |||||
IRR | 29% | |||||
MPI (tahun) | 3.102884475 |
Tabel 6. Deskripsi varietas singkong yang duisahakan
No | Varietas | Deskripsi |
1 | Adira 1 | a) AsalMerupakan hasil persilangan antara varietas mangi dan ambon b) Daun Berbentuk seperti jari agak lonjong, pucuk daun berwarna coklat, tangkau daun begian bawah berwarna merah muda, dan bagian atas berwarna merah c) Batang Tinggi batang 1-2 m, batang muda berwarna hijau muda dan batang tua berwarna coklet kekuning-kuningan d) Umbi Warna kulit luar coklat dan bagian berwarna kuning, warna daging umbi kuning, hasil produksi 22 ton/ha, kadar HCN 27,5 mg/kg, kadar pati 45% e) Umur panen 7-10 bulan |
2 | Adira II | a) AsalMerupakan persilangan antara varietas mangi dan ambon b) Daun Berbentuk seperti jari agak lonjong dan gemuk, pucuk daun berwarna ungu, tangkai daun bagian aas berwarna merah muda dan bagian bawah berwarna hijau muda, tlang daun bagian atas berwarna merah muda dan bagian bawah hijau muda c) Batang Tinggi batang 2-3 m, batang muda berwarna hijau muda dan batang tua berwarna putih kecoklat-coklatan d) Umbi Warna kulit luar putih kecoklat-coklatan dan bagian dalam berwarna ungu muda, warna daging umbi putih, hasil produksi 22 ton/ha, kadar HCN 124 mg/kg, dan kadar pati 41% |
3 | Malang I | a) AsalPersilangan antara klon CM 1015-19 dan CM 849-5 b) Batang Tinggi batang lebih dari 2 m, warna batang hijau tua c) Warna kulit luar coklat muda keputihan dan bagian dalam putih, warna daging umbi putih kekuningan, hasil produksi 52,4-59,6 ton/ha, kadar pati 32-36%, umur panen 9-10 bulan |
4 | Basiorao | a) AsalBrazil b) Daun Berbentuk kerucut lebar dan bersirip 7-9 helai, pucuk daun berwarna coklat muda, pusat tulang daun berwarna merah muda dan ujungnya hijau kekuningan, tulang daun bagian atas berwarna merah muda dan bagian bawah hijau muda c) Batang Batang relatif tinggi, batang yang sudah tua mudah rebah dan yang tumbuh di dataran tinggi batangnya bercabang, batang muda berwarna hijau muda dan batang tua berwarna coklat keabuan, kulit bagian dalam berwarna hijau tua d) Umbi Umbi gemuk dan bertangkai pendek, hasil produksi 30 ton/ha, kadar HCN lebih dari 80 mg/kg, dan kadar pati 31,2% |
Gambar 4. Proses Produksi Singkong
Tabel 6. Kebutuhan Tenaga Kerja Tenaga Kerja Produksi tanaman | ||||||
No | Uraian Kegiatan | Volume | Satuan | |||
1 | Pengolahan tanah | 70 | HOK | |||
2 | Penanaman | 15 | HOK | |||
3 | Pemupukan | 15 | HOK | |||
4 | Penyiangan dan pembumbunan | 45 | HOK | |||
5 | Panen | 25 | HOK | |||
Total | 170 | HOK | ||||
Jumlah tenaga manajemen | ||||||
No | Jabatan | Jumlah | Gaji/bulan | Gaji/thn | ||
1 | Direktur | 1 | 15000000 | 12 | 180000000 | |
2 | Manager | 1 | 10000000 | 12 | 120000000 | |
3 | Asisten Manager | 1 | 8000000 | 12 | 96000000 | |
4 | Kepala Bagian Produksi Tanaman | 1 | 6000000 | 12 | 72000000 | |
5 | Kepala Bagian Litbang | 1 | 6000000 | 12 | 72000000 | |
6 | Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan | 1 | 6000000 | 12 | 72000000 | |
7 | Kepala Bagian Personalia | 1 | 6000000 | 12 | 72000000 | |
8 | Kepala Bagian Pemasaran | 1 | 6000000 | 12 | 72000000 | |
9 | Asisten | 6 | 4000000 | 12 | 48000000 | |
10 | Mandor | 4 | 8000000 | 12 | 96000000 | |
11 | Staff | 8 | 16000000 | 12 | 192000000 | |
12 | OB | 5 | 4000000 | 12 | 48000000 | |
Keamanan | 5 | 4000000 | 12 | 48000000 | ||
Jumlah | 36 | |||||
HK/tahun | 285 | |||||
HOK/tahun | 10260 | 99000000 | 1188000000 |
No | Aktivitas | Jumlah HOK/ha/sikls | Jumlah HOK/Kbn/thn |
1 | Tenaga kerja | 170 | 102000 |
2 | Tenaga Manajemen | 36 | 10260 |
Jumlah (HOK) | 112260 | ||
ITK | 0.656491228 |
Gambar 5. Struktur Organisasi PT Kinkong Indonesia
Tabel 8. Matrik QSPM
Faktor utama | Rating | Alternatif Strategi | |||||||||||
Ekspansi | Inovasi | Joint Venture | Penetrasi Pasar | Diversifikasi | Divestasi | ||||||||
kekuatan | AS | TAS | AS | TAS | AS | TAS | AS | TAS | AS | TAS | AS | TAS | |
1. SDA memadai | 4 | 4 | 16 | 4 | 16 | 4 | 16 | 4 | 16 | 3 | 12 | 2 | 8 |
2. SDM berkualitas | 3 | 3 | 9 | 4 | 12 | 3 | 9 | 4 | 12 | 3 | 9 | 2 | 6 |
3. Penelitian dan pengembangan | 3 | 4 | 12 | 4 | 12 | 3 | 9 | 3 | 9 | 4 | 12 | 2 | 6 |
kelemahan | |||||||||||||
1. pembiayaan investasi tinggi | 1 | 2 | 2 | 4 | 4 | 4 | 4 | 3 | 3 | 3 | 3 | 4 | 4 |
2. mitra usaha | 2 | 2 | 4 | 3 | 6 | 4 | 8 | 2 | 4 | 2 | 4 | 4 | 8 |
peluang | |||||||||||||
1.komoditas sbg diversifikasi pangan dan energi | 4 | 4 | 16 | 4 | 16 | 3 | 12 | 4 | 16 | 4 | 16 | 2 | 8 |
2. permintaan pasar | 3 | 4 | 12 | 4 | 12 | 3 | 9 | 4 | 12 | 4 | 12 | 2 | 6 |
3.industri pengolahan | 3 | 4 | 12 | 4 | 12 | 3 | 9 | 4 | 12 | 3 | 9 | 2 | 6 |
7ancaman | |||||||||||||
1. kebijakan pemerintah | 4 | 2 | 8 | 3 | 12 | 4 | 16 | 4 | 16 | 3 | 12 | 4 | 16 |
2. persaingan usaha | 4 | 4 | 16 | 4 | 16 | 2 | 8 | 4 | 16 | 4 | 16 | 4 | 16 |
3. kondisi politik ekonomi negara | 3 | 2 | 6 | 3 | 9 | 3 | 9 | 2 | 6 | 3 | 9 | 3 | 9 |
4. iklim dan bencana | 2 | 2 | 4 | 4 | 8 | 2 | 4 | 2 | 4 | 2 | 4 | 3 | 6 |
total |
Leave a Reply
Click here to cancel reply.