Satu Pohon Singkong Menghasilkan 15-18 kg Umbi
Februari 2, 2011
Tetangga satu kampung yang berjualan getuk sering membeli
singkong dari kebun di samping rumah. Umumnya ia membeli hanya satu
batang pohon, yang berat umbinya sekitar 8-10 kg. Beberapa minggu
kemudian si penjual getuk kembali membeli singkong. Seperti biasa, ia
hanya meminta satu pohon saja. Namun setelah dicabut satu pohon, berat
umbinya 15 kg. Kemudian dicabut kembali salah satu pohon, dengan harapan
umbinya seberat 10 kg. Ternyata setelah ditimbang beratnya mencapai 17
kg. Padahal tanah tidak ditambah pupuk pabrik. Hanya ditutupi oleh mulsa
jerami hasil samping panenan.
Sebetulnya kami menanam singkong di kebun samping rumah tujuannya untuk memanfaatkan lahan yang sudah lama tak produktif. Banyak petani lihai menanam singkong. Sebab budidaya singkong tidak memerlukan perawatan yang sulit. Ditambah lagi Indonesia iklimnya tropis dan curah hujannya baik untuk pertumbuhan singkong. Batang singkong cukup distek dari induknya, kemudian ditanam di lahan yang telah gembur.
Di kebun kami, lahan untuk menanam singkong diberi pupuk kompos buatan sendiri serta dicangkul.Setelah itu lahan disiram nutrisi buatan sendiri. Baru kemudian lahan ditanami oleh singkong dan beberapa tanaman lain. Penyiraman tidak terlalu sering, karena ditanam saat musim hujan. Agar singkong dapat tumbuh tunas dan berkembang baik.
Setelah singkong berumur sekitar tujuh bulan, sudah ada beberapa pohon yang dicabut untuk konsumsi sendiri. Dan satu pohon singkong rata-rata menghasilkan umbi 10 kg. Kemudian selama beberapa minggu kami sibuk panen padi. Sebagian jerami padi hasil panenan kami gunakan sebagai mulsa di lahan yang telah ditanami singkong. Dan seperti yang telah diceritakan, ternyata penggunaan mulsa organik ini dapat menambah kuantitas singkong sebanyak 40-50 persen.
Mungkin hal tersebut terjadi karena jumlah nutrisi di tanah yang tertutup mulsa bertambah. Tumpukan jerami atau mulsa yang menutupi tanah mampu membantu mengkondisikan kelembaban tanah. Karena lembab, maka mikroorganisme dapat tumbuh baik di bawah tumpukan mulsa. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat menyediakan nutrisi dan mineral bagi tanah. Organisme tanah tersebut juga menghancurkan material organik dari mulsa itu sendiri dan membentuk kompos. Dan menurut artikel di wikipedia, mulsa juga dapat mencegah pertumbuhan gulma dan penyakit.
Selain bermanfaat bagi kesuburan tanah, mulsa organik seperti jerami padi mudah didapat dan murah. Karena hampir setiap petani yang menanam padi pasti menghasilkan jerami. Penggunaan mulsa jerami ini tidak sebatas di lahan samping rumah. Sawah pun kini selalu diusahakan ditutupi jerami padi setiap musim panen tiba. Sehingga saat sawah akan ditanami kembali, tanah sudah mendapat cukup nutrisi.
Selain menambah berat singkong, penggunaan mulsa organik (serta nutrisi organik buatan sendiri) ternyata juga mempengaruhi kualitas singkong yang ditanam. Banyak tetangga dan tamu yang bilang singkong kami empuk dan lembut. Meskipun jenis singkong yang ditanam bukan singkong mentega. Tapi singkong lokal biasa. Penjual getuk yang sering beli singkong pun dagangannya laris manis. Secara tidak langsung, kebun organik kami ikut menambah rezeki orang lain lewat singkong.
Sebagai catatan, ketebalan tumpukan mulsa organik perrlu diperhatikan. Bila terlalu tebal bahkan menggunung, tidak baik akibatnya untuk tanah. Sebab tanah tidak mendapat sinar matahari. Hal ini dapat membahayakan pertumbuhan tanaman.
Selamat mencoba menggunakan mulsa organik.
Sebetulnya kami menanam singkong di kebun samping rumah tujuannya untuk memanfaatkan lahan yang sudah lama tak produktif. Banyak petani lihai menanam singkong. Sebab budidaya singkong tidak memerlukan perawatan yang sulit. Ditambah lagi Indonesia iklimnya tropis dan curah hujannya baik untuk pertumbuhan singkong. Batang singkong cukup distek dari induknya, kemudian ditanam di lahan yang telah gembur.
Di kebun kami, lahan untuk menanam singkong diberi pupuk kompos buatan sendiri serta dicangkul.Setelah itu lahan disiram nutrisi buatan sendiri. Baru kemudian lahan ditanami oleh singkong dan beberapa tanaman lain. Penyiraman tidak terlalu sering, karena ditanam saat musim hujan. Agar singkong dapat tumbuh tunas dan berkembang baik.
Setelah singkong berumur sekitar tujuh bulan, sudah ada beberapa pohon yang dicabut untuk konsumsi sendiri. Dan satu pohon singkong rata-rata menghasilkan umbi 10 kg. Kemudian selama beberapa minggu kami sibuk panen padi. Sebagian jerami padi hasil panenan kami gunakan sebagai mulsa di lahan yang telah ditanami singkong. Dan seperti yang telah diceritakan, ternyata penggunaan mulsa organik ini dapat menambah kuantitas singkong sebanyak 40-50 persen.
Mungkin hal tersebut terjadi karena jumlah nutrisi di tanah yang tertutup mulsa bertambah. Tumpukan jerami atau mulsa yang menutupi tanah mampu membantu mengkondisikan kelembaban tanah. Karena lembab, maka mikroorganisme dapat tumbuh baik di bawah tumpukan mulsa. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat menyediakan nutrisi dan mineral bagi tanah. Organisme tanah tersebut juga menghancurkan material organik dari mulsa itu sendiri dan membentuk kompos. Dan menurut artikel di wikipedia, mulsa juga dapat mencegah pertumbuhan gulma dan penyakit.
Selain bermanfaat bagi kesuburan tanah, mulsa organik seperti jerami padi mudah didapat dan murah. Karena hampir setiap petani yang menanam padi pasti menghasilkan jerami. Penggunaan mulsa jerami ini tidak sebatas di lahan samping rumah. Sawah pun kini selalu diusahakan ditutupi jerami padi setiap musim panen tiba. Sehingga saat sawah akan ditanami kembali, tanah sudah mendapat cukup nutrisi.
Selain menambah berat singkong, penggunaan mulsa organik (serta nutrisi organik buatan sendiri) ternyata juga mempengaruhi kualitas singkong yang ditanam. Banyak tetangga dan tamu yang bilang singkong kami empuk dan lembut. Meskipun jenis singkong yang ditanam bukan singkong mentega. Tapi singkong lokal biasa. Penjual getuk yang sering beli singkong pun dagangannya laris manis. Secara tidak langsung, kebun organik kami ikut menambah rezeki orang lain lewat singkong.
Sebagai catatan, ketebalan tumpukan mulsa organik perrlu diperhatikan. Bila terlalu tebal bahkan menggunung, tidak baik akibatnya untuk tanah. Sebab tanah tidak mendapat sinar matahari. Hal ini dapat membahayakan pertumbuhan tanaman.
Selamat mencoba menggunakan mulsa organik.