Ubikayu, singkong, ketela pohon atau
bahasa latinya Manihot esculenta pertama kali ditemukan di Amerika
Selatan terutama di Brasil dan Paraguay. Singkong ini ditanam secara
luas di Indonesia pada tahun 1810 setelah dibawa oleh bangsa Portugis ke
Indonesia.
Umbi singkong merupakan bahan sumber
energi yang kaya akan karbohidrat, namun singkong memiliki kandungan
protein yang rendah. Singkong banyak mengandung glukosa. Singkong yang
rasanya kurang manis sampai pahit disebabkan karena kandungan glukosida
yang dapat membentuk asam sianida yang beracun. Kandungan sianida
mencapai 20 mg HCN per kilogram singkong segar sedangkan pada singkong
yang pahit bisa mencapai 50 kali lipat (Wikipedia).
Singkong dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan manusia, sebagai bahan pangan, pakan ternak maupun
keperluan industri. Sebagai bahan pangan non beras, diolah segar
maupun diolah untuk berbagai macam masakan, hampir ditiap daerah
mempunyai masakan khas yang berasal dari singkong ini dengan berbagai
variasinya. Tepung singkong juga dapat diolah lebih lanjut baik untuk
penganan maupun industri.
Teknologi Produksi Budidaya Singkong.
Bibit. Bibit singkong
berasal dari stek. Stek untuk bibit ini diambil dari tanaman yang sehat
dan berumur antara 7 – 14 bulan. Pilih batang yang berada ditengah,
bagian yang terlalu muda pada pucuk dan terlalu tua pada batang jangan
dipakai untuk stek bibit singkong. Potong stek dengan gergaji dengan
panjang stek antara 15-20 cm setiap stek.
Untuk varietasnya, pilihlah varietas
singkong unggul dengan potensi hasil yang tinggi sesuai dengan daerah
anda dan tujuan produksinya nanti. Untuk konsumsi langsung anda bisa
memilih varietas yang rasanya enak (manis) seperti Adira 1 atau Malang
1, jika menanam untuk diolah lebih lanjut untuk tepung atau pati anda
bisa memilih varietas Adira 4, Malang 4, Malang 6, UJ 3 dan UJ 5.
Pengolahan Tanah. Tanah sebaiknya diolah sempurna dengan bajak atau dicangkul. Tanah diolah sedalam 15 cm.
Penanaman. Stek ditanam dengan cara
menancapkan ke tanah sedalam sekitar 3-5 cm. Saat menanam harus
hati-hati agar jangan sampai posisi stek terbalik. Jarak tanam yang
dianjurkan adalah 80 x 70 cm atau 100 x 70 cm disesuaikan dengan
varietasnya.
Pemupukan. Dosis pupuk yang dianjurkan
pada tanaman singkong adalah 200 kg Urea, 100 kg SP 36 dan 100 kg KCl
per hektar. Pemupukan pertama dilakukan pada umur 7 – 10 hari setelah
tanam (HST) dengan dosis 100 kg Urea, 100 kg SP 36 dan 50 kg KCl.
Pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 2- 3 bulan setelah
tanam dengan dosis 100 kg Urea da 50 kg KCl per hektar. Pemupukan
dilakukan dengan cara ditugal 15 cm dari tanaman singkong.
Pewiwilan. Pewiwilan atau pembuangan
tunas yang berlebih dengan cara dirompes dan hanya disisakan 2 tunas
yang pertumbuhanya paling baik. Pewiwilan dilakukan paling lambat 1
bulan setelah tanam.
Penyiangan dan Pembumbunan. Penyiangan
dilakukan sebanyak 1 – 2 kali pada saat tanaman berumur kurang dari 3
bulan setelah tanam. Kemudian pembumbunan dilakukan pada saat tanaman
berumur 2 – 3 bulan setelah tanam.
Panen. Umur panen singkong biasanya
antara 8 – 11 bulan setelah tanam sesuai dengan varietasnya. Panen
dilakukan dengan cara dicabut,kemudian singkong dipisahkan dari
batangnya dan dibersihkan dari tanah maupun kulitnya. Selanjutnya
singkong siap untuk dkonsumsi atau diolah lebih lanjut.
Demikian secara singkat teknologi
produksi budidaya singkong, mudah-mudahan dapat memberikan manfaat
sekaligus ini juga untuk menjawab beberapa pertanyaan pembaca mengenai
teknologi budidaya singkong yang ditanyakan kepada Saung Tani | Penyuluhan Pertanian Online kami (bahan : Wikipedia dan Ballitbang Pertanian)